Kamis, 27 Agustus 2015

 SAAT TERAKHIR BERSAMAMU
Jumat,28 Agustus 2015






Tiada hari tanpa senyuman itu hanya karena kamu yang selalu tidak ingin aku sedih dan ingin selalu melihat aku tersenyum. Terima kasih sayang, selama ini kamu telah membuat aku tersenyum dan aku janji tak akan membuatmu kecewa. Aku yang berada di teras kamar mendengar hp-ku yang berbunyi dan segera aku ambil dan melihatnya, dan ternyata itu sms dari Ferdi.
“sayang, lagi ngapain? Belum tidur kah?” katanya.
“belum sayang, aku nggak bisa tidur nih?” balasku.
“kenapa sayang? Lagi mikirin aku yah?” Katanya.
“kok tahu sih, jadi malu nih aku” tersenyum sendiri.
“pasti tahu dong, udah malem sayang sana tidur besok sekolah” kata Ferdi.
“iya sayang, kamu tidur juga yah. Good night, semoga mimpi indah” balesku.
Pagi hari pun terasa sejuk dan indah, segeralah aku untuk berangkat ke sekolah.
“ma, berangkat dulu yah” teriakku.
“iya, hati-hati yah ra” kata Mama.
Ketika aku sampai di sekolah aku melihat Ferdi tampak lemas seperti orang sakit dan ketika aku mau menghampirinya bel masuk pun berbunyi akhirnya aku segera masuk ke kelas. Ferdi kenapa yah? Kok sepertinya dia lagi sakit? Jadi pengen cepet ketemu dia. Selama berada di kelas aku selalu memikirkan Ferdi aku khawatir dengan keadaan Ferdi. Tak terasa bel istirahat berbunyi dan aku segera menuju ke kelas Ferdi untuk melihat kondisi Ferdi.
“fer, kamu nggak apa-apa kan? Kamu lagi sakit yah?” ucapku.
“nggak apa-apa kok ay, agak nggak enak badan sedikit aja kok” katanya sambil memegang kepalanya.
“aku anterin ke UKS yuk fer!” ajakku.
“iya deh ay, kepalaku agak pusing nih” katanya.
“kamu sakit apa sih fer?” tanyaku.
“agak sedikit pusing aja kok ay, nggak usah khawatir gitu” katanya.
“gimana nggak khawatir coba, lihat keadaan kamu seperti ini” ucapku.
“udahlah ay, besok pasti aku udah sembuh” katanya.
“ya udah kamu istirahat di sini bentar, aku cariin teh hangat buat kamu” ucapku.
“iya ay, makasih yah” kata Ferdi.
Aku segera menuju ke kantin untuk memberikan teh hangat buat Ferdi dan aku juga meminta izin ke guru pengajar untuk tidak mengikuti pelajaran hingga pulang sekolah.
“nih fer, diminum dulu” ucapku sambil membantu Ferdi untuk bangun.
“makasih yah ay, kamu udah perhatian sama aku” kata Ferdi.
“iya fer, itu kan udah kewajibanku kan aku pacar kamu” ucapku.
“kamu memang pacarku yang paling baik dan paling cantik deh ay” goda Ferdi.
“apaan sih fer, gombal banget deh” ucapku sambil tersipu malu.
Nggak terasa bel masuk pun berbunyi.
“ay, udah masuk tuh, masuk sana” kata Ferdi.
“nggak fer, aku udah minta izin tadi untuk nggak ikut pelajaran sampai jam pulang sekolah aku mau nemenin kamu di sini” ucapku.
“yang bener ay?” katanya.
“bener fer, aku mau nemenin kamu” ucapku.
“makasih ay, kamu udah mau ninggalin jam pelajaran hanya karena aku” katanya.
“iya fer, ini nggak sebanding kok sama yang kamu lakuin selama ini ke aku” ucapku.
Beberapa hari ini aku tidak melihat Ferdi sama sekali dan dia juga sulit untuk dihubungi. Dia ke mana yah? Apa dia nggak masuk sekolah karena masih sakit? Aku semakin khawatir dengan Ferdi.
“Raka!!” teriakku.
“iya ra, ada apa?” katanya.
“aku boleh tanya nggak?” ucapku.
“boleh kok ra, tanya aja” katanya.
“sebenarnya Ferdi itu sakit apa sih?” Tanyaku penasaran.
“sebenarnya aku nggak boleh beritahu ke kamu masalah ini karena Ferdi nggak mau kamu khawatir dan sedih tetapi kamu harus tahu masalah yang sangat penting ini karena kamu pacarnya Ferdi” kata Raka.
“sebenarnya ada apa sih ka?” kataku semakin penasaran.
“sebenarnya Ferdi mengidap penyakit kanker otak udah stadium akhir, dia nggak mau kamu tahu hal ini” katanya.
“yang bener kamu ka, nggak bercanda kan?”ucapku sambil bermata kaca.
“iya ra, beberapa hari ini dia nggak masuk karena penyakitnya udah semakin parah” kata Raka.
Tanpa mempedulikan Raka, aku berlari menuju ke kelas untuk mengambil tas dan izin pulang untuk melihat keadaan Ferdi. Air mataku terus berjatuhan selama di perjalanan menuju rumah Ferdi aku nggak nyangka kenapa Ferdi bisa menutupi hal yang sangat penting ini dariku hanya karena nggak ingin aku sedih.
Beberapa menit kemudian aku telah sampai di rumah Ferdi dan mengetuk pintu rumah Ferdi dan ternyata Mama Ferdi yang keluar.
“tante, Ferdinya ada? aku mau ketemu sama dia” sambil menghapus air mata yang salalu mengalir di pipiku.
“maaf Ayra, Ferdinya nggak mau ketemu kamu,” kata Mama Ferdi.
“ya udah tante, Ayra pamit pulang dulu” ucapku.
“iya, hati-hati di jalan” kata Mama Ferdi.
Aku sangat kecewa kenapa dia nggak mau bertemu lagi denganku? Apa dia udah nggak sayang lagi denganku? Padahal aku hanya ingin tahu keadaan dia sekarang. Berulang kali aku mencoba untuk menghubungi Ferdi dan berharap dia menjawab telpon dariku, namun itu semua tidak sesuai yang aku harapkan, Ferdi tidak menjawab telponku sama sekali perasaanku semakin khawatir dan takut dengan keadaan Ferdi. Aku semakin tidak bersemangat untuk berangkat sekolah, aku selalu teringat waktu bersama-sama dengan Ferdi di sekolah.
Ketika aku berjalan menuju taman sekolah aku semakin teringat dengan Ferdi karena kita sering menghabiskan waktu berdua di tempat itu.
Terlihat Raka duduk sendiri di bangku taman sekolah aku menghampiri Raka untuk menitipkan surat untuk Ferdi.
“ka, aku mau nitip ini buat Ferdi, tolong kasih ke dia yah dan salam buat dia” ucapku.
“iya ra, nanti aku sampaikan ke Ferdi” katanya.
“ya udah ka, makasih yah? Aku ke kelas duluan” ucapku.
Aku berharap Ferdi membalas surat dariku, Ferdi tidak pernah lepas dari pikiranku bayang-bayang Ferdi selalu mengikutiku. Hari ini adalah hari minggu biasanya Ferdi selalu mengajakku untuk bermain namun hari ini tidak seindah hari minggu biasanya, nggak bisa bercanda dan ketawa bareng dengan Ferdi.
Dan ketika aku sedang memikirkan Ferdi, hp-ku berbunyi dan ternyata itu sms dari Raka.
“Ayra, yang tabah yah Ferdi udah nggak ada umurnya” sms dari Raka.
“ka, nggak usah bercanda gitu dong aku lagi sedih banget nih” balesku.
“ini beneran Ayra!” katanya. Aku sangat kaget ketika tahu berita itu dari Raka dan aku segera ganti baju untuk menuju rumah Ferdi.
Selama menuju rumah Ferdi air mataku tiada hentinya mengalir dan sesampainya di makam Ferdi perasaanku semakin bersalah karena pada saat Ferdi sakit aku tidak berada di sisinya hingga pemakaman Ferdi selesai aku nggak mau ninggalin makam Ferdi aku masih tidak percaya kalau Ferdi udah nggak ada. Raka menghampiriku dan memberiku kertas dan ternyata itu surat terakhir dari Ferdi.
“ra, ini surat dari Ferdi sebelum dia meninggal dia nitipin surat ini ke aku” kata Raka.
“makasih ka” ucapku sambil mengusap air mataku.
“Ayra, kamu pacarku yang paling baik dan cantik. Jangan sedih yah aku hanya pergi sebentar jika tuhan mengizinkan kita pasti ditemukan lagi di surga. Maaf yah akhir-akhir ini aku nggak pernah kasih kabar ke kamu dan nggak beritahu kamu atas penyakitku ini, aku hanya nggak ingin kamu sedih aku hanya ingin kamu selalu tersenyum aku yakin kamu akan mendapatkan cowok yang lebih baik dariku, jangan sedih yah, sayang” surat dari Ferdi.
Kamu cowok yang paling baik Ferdi, aku nggak akan pernah ngelupain kamu dan aku akan selalu berdoa agar Tuhan selalu melindungimu di sana. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar